Model Tiga Dimensi Kedalaman Air Bawah Tanah di Bawah Pengaruh Faktor-Faktor Lingkungan yang Terintegrasi
DOI:
https://doi.org/10.30606/aptk.v10i2.1584Keywords:
model 3D, kedalaman air bawah tanah, faktor-faktor lingkunganAbstract
Penelitian tentang model tiga dimensi kedalaman air bawah tanahdi bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang terintegrasi telah berhasil dilakukan. Tujuan penelitian ini memetakan tiga dimensi kedalaman air bawah tanah terhadap faktor-faktor lingkungan di Kota Pekanbaru dengan menggunakan program komputer matematika. Data diambil setiap Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru dari tahun 2013 hingga 2017 dengan beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kedalaman air bawah tanah yaitu data Resapan (R), pengambilan air oleh penduduk (Ed), pengambilan air oleh industri (Ei), pengambilan air oleh Fasilitas umum (Ef), pengambilan air oleh Peternakan (Ek), pengambilan air oleh pertanian/perkebunan (Et), pengambilan air oleh pasar tradisional (Ep), dan factor akuifer yaitu transmisivitas (T) serta Storativitas (S). Berdasarkan hasil penelitian dapat di informasikan bahwa perubahan kedalaman akuifer bebas di Kota Pekanbaru dari tahun 2013 s/d 2017 di setiap Kecamatan mengalami Fluktuasi.Nilai minimum perubahan kedalaman air bawah tanah setiap Kecamatan di Kota Pekanbaru dari tahun 2013 s/d 2017 adalah 2 s/d 10 m yaitu Kecamatan Payung Sekaki, Sail dan Pekanbaru Kota, sedangkan nilai maksimum adalah 2 s/d 50 m yaitu Kecamatan Tenayan Raya, Lima Puluh, Tampan, Sukajadi, Marpoyan Damai, Senapelan, Rumbai Pesisir, Bukit Raya, dan Rumbai. Perubahan Nilai kedalaman Air Bawah Tanah disebabkan oleh factor lingkungan dengan kontribusi terkecil dari faktor pengambilan air oleh pertanian/perkebunan (Et), kontribusi terbesar dari faktor pengambilan air oleh perdagangan (Ep), selebihnya karena faktor alam.Model 3 dimensi yang telah dibuat berhasil menjelaskan adanya pengaruh factor-faktor lingkungan terintegrasi terhadap perubahan kedalaman air tanah di Kota Pekanbaru dari tahun 2013 s/d 2017.References
Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2011.Data Lahan Perkebunan Kota Pekanbaru
BPS. 2016. Informasi Kota Pekanbaru 2015. Pekanbaru: Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru.
Rejekiningrum, P., F. Ramadani, dan Sawiyo. 2005. Identifikasi dan Karakterisasi
Potensi Air Tanah untuk Pengembangan Irigasi Suplementer Kapas (Studi Kasus di Batang Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan). Hlm 271-292. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumber daya Lahan Pertanian. Bogor. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber-daya Lahan Pertanian, Bogor.
Purnama. 2000. Bahan Ajar Geohidrologi. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Kodoatie,R.J & Sjarief, R. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi: Yogyakarta.
Chay, A. 2002.Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Penerbit Gadjah Mada Yogyakarta. University Press.
Hutasoit, L.M, 2009. Kondisi Permukaan Ar Tanah dengan dan Tanpa Peresapan Buatan di Daerah Bandung: Hasil Simulasi Numerik, Jurnal Geology Indonesia. 0l.4, No.3, P.177-188.
Putranto TT.,Winarno Tri.,dkk.2016.Penyusunan Zona Pemanfaatan Dan Konservasi Airtanah Pada Cekungan Airtanah (Cat) Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Dalam Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-9 Peran Penelitian Ilmu Kebumian Dalam Pemberdayaan Masyarakat 6 -7 Oktober 2016; Grha Sabha Pramana.Hal 258-262
Muhammad, E., Aminullah, dan Soesilo, B., 2001. Analisis Sistim Dinamics Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen, UMJ Press, Jakarta
Juandi, M. 2017. Pemetaan Zonasi Air Akiufer Bebas Kota Pekanbaru. Jurnal of Environmental Science, hal. 673-674
Roestam, 2008. PengelolaSumber Daya Air Terpadu, PenerbitANDI, Yogyakarta.